Konvoi Tetap Warnai Pengumuman
Bentrokan Pelajar Tak Terhindarkan di Wolter Monginsidi
Yogyakarta, Kompas - Meski sudah diimbau untuk tidak melakukan coret-coret seragam dan konvoi kendaraan, ratusan siswa yang lulus ujian nasional tetap melakukannya pada hari pengumuman hasil UN SLTA, Rabu (13/6). Mereka berkeliling sekitar kota sambil membunyikan klakson dan mem-bleyer- mbleyer suara kendaraan dengan keras.
Menurut sejumlah siswa, hal itu mereka lakukan sebagai ungkapan kegembiraan karena berhasil lulus Ujian Nasional (UN) 2007. Namun, ulah itu disesalkan oleh warga dan kepala sekolah. "Pelajar kok bersikap tidak tertib begitu. Apa ini hasil pendidikannya. Itukan mengganggu, membuat warga miris," kata Maryati, ibu rumah tangga yang terpaksa meminggirkan sepeda motor yang ia kendarai ketika serombongan pelajar melintas di Jalan Kenari.
Arak-arakan siswa dengan baju penuh coret-coret terus berlangsung sampai sore hari. Bahkan, kadang-kadang bentrokan perkelahian antarapelajar tak terhindarkan. Ini seperti yang disaksikan Kompas di pertigaan Borobudur Plaza, tepatnya di ujung Jalan Wolter Monginsidi, pukul 15.30.
Sekelompok anak SMA dari barat tiba-tiba melempar batu serta menyerbu sekelompok anak SMA yang datang dari timur. Di tengah keramaian lalu lintas, kelompok anak dari timur dipepet, beberapa terjatuh di trotoar jalan sebelah selatan. Mereka dilempar batu sekepalan tangan dan satu siswa yang terjatuh kemudian diinjak beramai-ramai. Untung ada warga yang memisahkan perkelahian tak seimbang itu sehingga keadaan tak berkembang menjadi semakin anarkis. Belum diketahui luka-luka anak yang terjatuh tersebut.
Bagi siswa, coret-coret ialah lambang kegembiraan. Di Bantul coret-coret seragam juga dilakukan sejumlah siswa tanpa bisa dicegah pihak sekolah. "Kami senang telah lulus UN. Ini adalah perayaan kami dan untuk kenang-kenangan kelulusan," kata Adit, siswa salah satu SMAN favorit di Yogyakarta.
Hanya orangtua
Sebelumnya sekolah-sekolah dan Dinas Pendidikan DI Yogyakarta telah meminta siswa agar tidak melakukan coret-coret baju seragam. Untuk mencegah hal itu, pengumuman UN pun dikirimkan ke masing- masing tempat tinggal siswa. Selain itu, sekolah hanya mengundang orangtua siswa untuk menerima hasil UN.
Cara mengumumkan kelulusan yang berbeda dilakukan SMAN 6 Yogyakarta karena dilaksanakan di enam lokasi di luar sekolah. Pertimbangannya, pengumuman jangan sampai mengganggu ulangan umum kelas I dan II, selain itu untuk meminimalisasi coret-coret. Abu Suwardi, Kepala SMAN 8 Yogyakarta, mengatakan siap memberikan sanksi jika ada siswanya ikut-ikutan aksi coret-coret.
Di SMKN 6 Yogyakarta yang sebagian besar siswanya perempuan, siswa mengungkapkan rasa gembira lulus UN dengan berdoa bersama dan bersalam-salaman dengan para guru di aula sekolah.
Berbeda dengan hasil UN untuk DIY yang secara umum tingkat kelulusan jenjang SMA meningkat, di Bantul justru tingkat kelulusan SMA tahun ini menurun dibandingkan dengan tahun lalu, tetapi kelulusan siswa SMK justru naik. Staf Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bantul Medi Siswantoro menuturkan, kelulusan siswa SMA jurusan IPA tahun ini 94,25 persen, turun 1,30 persen dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu 95,55 persen.
Di Sleman tingkat kelulusan siswa tahun ini meningkat sekitar 2 persen untuk SMA dan SMK 5 persen. Peningkatan ini salah satunya menunjukkan keberhasilan UN yang dilakukan tahun ini meningkat dibanding sebelumnya.
Tahun lalu tingkat kelulusan SMA mencapai 90.24 persen, SMK 87.44 persen. Tahun ini SMA 91.87 persen dan SMK 92.59 persen.
Yogyakarta, Kompas - Meski sudah diimbau untuk tidak melakukan coret-coret seragam dan konvoi kendaraan, ratusan siswa yang lulus ujian nasional tetap melakukannya pada hari pengumuman hasil UN SLTA, Rabu (13/6). Mereka berkeliling sekitar kota sambil membunyikan klakson dan mem-bleyer- mbleyer suara kendaraan dengan keras.
Menurut sejumlah siswa, hal itu mereka lakukan sebagai ungkapan kegembiraan karena berhasil lulus Ujian Nasional (UN) 2007. Namun, ulah itu disesalkan oleh warga dan kepala sekolah. "Pelajar kok bersikap tidak tertib begitu. Apa ini hasil pendidikannya. Itukan mengganggu, membuat warga miris," kata Maryati, ibu rumah tangga yang terpaksa meminggirkan sepeda motor yang ia kendarai ketika serombongan pelajar melintas di Jalan Kenari.
Arak-arakan siswa dengan baju penuh coret-coret terus berlangsung sampai sore hari. Bahkan, kadang-kadang bentrokan perkelahian antarapelajar tak terhindarkan. Ini seperti yang disaksikan Kompas di pertigaan Borobudur Plaza, tepatnya di ujung Jalan Wolter Monginsidi, pukul 15.30.
Sekelompok anak SMA dari barat tiba-tiba melempar batu serta menyerbu sekelompok anak SMA yang datang dari timur. Di tengah keramaian lalu lintas, kelompok anak dari timur dipepet, beberapa terjatuh di trotoar jalan sebelah selatan. Mereka dilempar batu sekepalan tangan dan satu siswa yang terjatuh kemudian diinjak beramai-ramai. Untung ada warga yang memisahkan perkelahian tak seimbang itu sehingga keadaan tak berkembang menjadi semakin anarkis. Belum diketahui luka-luka anak yang terjatuh tersebut.
Bagi siswa, coret-coret ialah lambang kegembiraan. Di Bantul coret-coret seragam juga dilakukan sejumlah siswa tanpa bisa dicegah pihak sekolah. "Kami senang telah lulus UN. Ini adalah perayaan kami dan untuk kenang-kenangan kelulusan," kata Adit, siswa salah satu SMAN favorit di Yogyakarta.
Hanya orangtua
Sebelumnya sekolah-sekolah dan Dinas Pendidikan DI Yogyakarta telah meminta siswa agar tidak melakukan coret-coret baju seragam. Untuk mencegah hal itu, pengumuman UN pun dikirimkan ke masing- masing tempat tinggal siswa. Selain itu, sekolah hanya mengundang orangtua siswa untuk menerima hasil UN.
Cara mengumumkan kelulusan yang berbeda dilakukan SMAN 6 Yogyakarta karena dilaksanakan di enam lokasi di luar sekolah. Pertimbangannya, pengumuman jangan sampai mengganggu ulangan umum kelas I dan II, selain itu untuk meminimalisasi coret-coret. Abu Suwardi, Kepala SMAN 8 Yogyakarta, mengatakan siap memberikan sanksi jika ada siswanya ikut-ikutan aksi coret-coret.
Di SMKN 6 Yogyakarta yang sebagian besar siswanya perempuan, siswa mengungkapkan rasa gembira lulus UN dengan berdoa bersama dan bersalam-salaman dengan para guru di aula sekolah.
Berbeda dengan hasil UN untuk DIY yang secara umum tingkat kelulusan jenjang SMA meningkat, di Bantul justru tingkat kelulusan SMA tahun ini menurun dibandingkan dengan tahun lalu, tetapi kelulusan siswa SMK justru naik. Staf Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bantul Medi Siswantoro menuturkan, kelulusan siswa SMA jurusan IPA tahun ini 94,25 persen, turun 1,30 persen dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu 95,55 persen.
Di Sleman tingkat kelulusan siswa tahun ini meningkat sekitar 2 persen untuk SMA dan SMK 5 persen. Peningkatan ini salah satunya menunjukkan keberhasilan UN yang dilakukan tahun ini meningkat dibanding sebelumnya.
Tahun lalu tingkat kelulusan SMA mencapai 90.24 persen, SMK 87.44 persen. Tahun ini SMA 91.87 persen dan SMK 92.59 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar